A. Asal-usul Bangsa Mongol
Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia, yang membentang dari Asia Tengah sampai Siberia Utara ,Tibet Selatan dan Manchuria Barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan yang mempunyai dua putra kembar, Tatar dan Mongol. Kedua putra itu melahirkan dua suku bangsa besar yaitu mongol dan tartar. Mongol mempunyai anak yang bernama lkhan ,yang melahirkan keturunan pemimpin Bangsa Mongol dikemudian hari.[1]
Kehidupan Bangsa Mongol masih sangat sederhana, mereka mendirikan kemah-kemah dan sering bepindah-pindah dari satu tempat ketempat lain sepanjang perbatasan Farghana Timur dengan Amuria. Keadaan tersebut menjadikan mereka mempunyai watak yang kasar ,suka berperang ,tidak kenal perasaan belas kasihan dan berani menghadang maut dalam mencapai keinginan akan tetapi mereka sangat patuh kepada pemimpinya.[2]
Mereka bersatu dalam satu kelompok besar yang dipimpin seorang yang benar-benar mampu memimpin dan sistem keturunan tidak berlaku kecuali memenuhi kriteria yang diperlukan seperti cerdas, pemberani dan sanggup
mengalahkan musuh.
mengalahkan musuh.
Dalam halnya suatu suku biasanya sangat kental dengan agama yang dianut, begitu pula dengan Bangsa Mongol. Mereka menganut agama syamaniah atau bisa juga disebut syamanism, aliran ini identik dengan penyembahan terhadap bintang-bintang dan bersujud menyembah kepada matahari disaat matahari sedang terbit di samping itu mereka juga menyembah arwah-arwah nenek moyang yang mereka yakini memiliki kekuatan luar biasa dan mereka juga mempersembahkan korban-korban untuk menghindari gangguan dari benda benda tertentu yag dianggap sakti.[3]
B. Sejarah kekuasaan Bangsa Mongol
Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258M ke tangan Bangsa Mongol bukan saja mengakhiri sistem ke khalifahan Abbasiyah, tetapi juga merupakan masa awal dari kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan.
Sebagai akibat dari serangan Bangsa Mongol tersebut situasi sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan mengalami masa-masa kemunduran pula. Wilayah kekuasaan Islam terpecah menjadi beberapa independen yang masing-masing memperkuat dan berjuang sendiri-sendiri untuk kemajuan negerinya. Bahkan tak jarang terjadi peperangan antara negara-negara Islam yang telah berdiri di masing-masing wilayah itu. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu.[4]
Kemajuan bangsa Mongol secara besar-besaran terjadi pada masa kepemimpinan Yasugi Bahadur Khan . Ia berhasil menyatukan 13 kelompok suku yang ada pada waktu itu. Setelah Yasugi meninggal , putranya, Timujin yang masih berusia 13 tahun tampil sebagai pemimpin . Dalam waktu 30 tahun , Ia berusaha memperkuat angkatan perangnya dengan menyatukan Bangsa Mongol dengan suku bangsa lain, sehingga menjadi satu pasukan yang teratur dan tangguh. Pada tahun 1206 M, ia mendapat gelar Jengis Khan, Raja yang perkasa , ia menetapkan suatu undang-undang Alyasak atau Alyasah , untuk mengatur kehidupan rakyatnya, wanita mempunyai kewajiban yang sama dengan laki-laki dalam kemiliteran pasukan perang dibagi dalam beberapa kelompok besar kecil,seribu, dua ratus , dan sepuluh orang . tiap-tiap kelompok dipimpin oleh seorang komandan, dengan demikian Bangsa Mongol mengalami kemajuan yang pesat dibidang militer.[5]
Setelah pasukan perangnya berhasil dengan baik terorganisasi, Jengis Khan berusaha memperluas wilayah kekuasaan dengan melakukan penaklukan terhadap daerah-daerah lain. Serangan pertama diarahkan ke kerajaan China. Ia berhasil menduduki Peking tahun 1215 M. Sasaran selanjtunya negara-negara islam. Pada tahun 606 H/1209 M, tentara mongol keluar dari negerinya dengan tujuan Turki dan Ferghana, kemudian terus ke Samarkand. Pada mulanya mereka mendapat perlawanan berat dari penguasa Khawarizm, Sultan Ala Al-Din di Turkistan. Pertempuran berlangsung seimbang. Karena itu, masing-masing kembali ke negerinya. Sekitar sepuluh tahun kemudian, mereka masuk ke Bukhara, Samarkand, Khurasan, Hamazhan, Quzwain dan sampai ke perbatasan Irak.
Di Bukhara, ibu kota Khawarizm, meraka kembali mendapat perlawanan dari Sultan Ala Al-Din, tetapi kali ini mereka dengan mudah dapat mengalahkan pasukan Khawarizm. Sultan Ala Al-Din tewas dalam pertempuran di Mazindaran Tahun 1220M. Ia digantikan oleh putranya, Jalal Al-Din yang kemudian melarikan diri ke India karena terdesak dalam pertempuran di dekat Attock tahun 1224 M. Dari sana pasukan Mongol terus ke Azerbaijan. Di setiap daerah yang dilaluinya, pembunuhan besar-besaran terjadi. Bangunan-bangunan indah dihancurkan, sehingga tidak berbentuk lagi, demikian juga isi bangunan yang sangat bernilai sejarah, sekolah-sekolah, mesjid-mesjid dan gedung-gedung lainnya dibakar.
Pada saat kondisi fisiknya mulai lemah, Jengis Khan membagi wilayah kekuasaan menjadi empat bagian kepada empat putranya yaitu Juchi, Chagatai, Ogotai dan Tuli. Chagatai berusaha menguasai kembali daerah-daerah Islam yang pernah ditaklukan dan berhasil merebut Illi, Ferghana, Ray, Hamazan dan Azerbaijan, Sultan Khawarizm, Jalal Al-Din berusaha keras membendung serangan tetara Mongol namun, Khawarizm tidak sekuat dulu, kekuatannya sudah banyak terkuras dan akhirnya terdesak. Sultan melarikan diri, di sebuah daerah pegunungan ia dibunuh oleh seorang Kurdi. Dengan demikian, berakhirlah kerajaan Khawarizm, kematian sultan Khawarizmsyah itu membuka jalan bagi Chagatai untuk melebarkan sayap kekuasaannya dengan lebih leluasa.[6]
Saudara Chagatai, Tuli Khan mengusai Khurasan. Karena kerajaan-kerajaan Islam sudah terpecah belah dan kekuatan nya sudah lemah. Tuli Khan dengan mudah dapat menguasai Irak. Ia meninggal tahun 654 H/1256 M dan digantikan oleh putranya, Hulagu Khan. Dan pada tahun 656 H/1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu kota Baghdad (1243-1258), betul-betul tidak mampu membendung “ topan ” tentara Hulagu Khan. Pada saat kritis tersebut, wazir khalifah Abbasiyah, Ibn Al-‘Alqami ingin mengambil kesempatan dengan menipu khalifah. Ia mengatakan kepada khalifah,” Saya telah menemui mereka untuk perjanjian damai. Raja ( Hulagu Khan ) ingin mengawinkan anak perempuannya dengan Abu Bakr, putra khalifah. Dengan demikian, Hulagu Khan menjamin posisimu. Ia tidak menginginkan sesuatu kecuali kepatuhan, sebagaimana kakek-kakekmu terhadap sultan-sultan Seljuk.[7]
Khalifah menerima usul tersebut, ia keluar bersama beberapa orang pengikut dengan membawa mutiara, permata, dan hadiah-hadiah berharga lainnya untuk diserahkan kepada Hulagu Khan. Hadiah tersebut dibagikan Hulagu Khan kepada panglima-panglimanya.keberangkat khalifah tersebut disusul oleh para pembesar istana tetapi sambutan Hulagu Khan sungguh diluar dugaan apa yang dikatakan wazirnya ternyata tidak benar melainkan kebalikannya. Mereka semua dibantai dengan leher dipancung secara bergiliran bahkan wazir tersebut juga ikut dibunuhnya, dengan pembunuhan kejam tersebut maka berakhirlah kekuasaan Abbasiyah.[8]
Setelah jatuhnya dinasti Abbasiyah, Hulagu Khan menetap di Baghdad Mendidrikan sebuah kerajaan yang disebut dinasti Ilkhan dan memperbesar kekuasaan dan menghimpun kekuatan untuk melanjutkan penyerangan kerajaan islam lainnya seperti di Mesir dan Syiria. 2 tahun kemudian mereka berangkat menyebarangi euphrat ke Syiria kemudian melintasi Sinai,Mesir. Panglima perang Mongol, Kitbugha mengirim utusan terhadap raja yang ada di Mesir yaitu kerajaan Mamalik yang dipimpin yang bernama Qutuz. Setelah sampai, utusan tersebut menyampaikan pesan agar Sultan Qutuz menyerah kepada Mongol tetapi kehendak itu dibantah oleh sultan Qutuz, lalu membunuhnya.[9]
Hal tersebut membuat marah kalangan tentara Mongol, mereka kemudian melintasi yordania menuju Galilie dalam perjalanan mereak bertemu dengan Pasukan kerajaan Mamalik yang langsung dipimpin oleh Sultan Qutuz dan Baybras di ‘Ain Jalut maka terjadilah pertempuran yang heboh lagi dasyat pada tanggal 3 september 1260 dan akhirnya peperangan tersebut dimenangkan oleh pasukan Mamalik.[10]
[2]Badri Yatim, Dr.Sejarah Kebudayaan Islam II.cet.II(Jakarta : Jenderal pembinaan kelembagaan agama Islam,1997),hal.0.
[4] Al-hikmah,Modul sejarah kebudayaan Islam,( Akik pusaka,2011)Hal.3
[6] Ibid. Badri Yatim,hal.113-114
[7] Lok.cit. Badri Yatim,hal. 114
[8] Lok.cit. Badri Yatim,hal. 114
[9] Ibid. Badri Yatim,hal.115
[10] Lok.cit. Badri Yatim,hal.115
Labels : wallpapers Mobile Games car body design Hot Deal