A.Kondisi
Masyarakat Sepeninggal Rasulullah SAW
Dengan wafatnya Nabi Muhammad SAW di madinah pada tahun 11 hijriah
(632 M)[1],
ummat muslim dihadapkan kepada suatu krisis konstitusional. Rasul tidak
menunjuk penggantinya, bahkan tidak pula membentuk sebuah majelis untuk masalah
tersebut. Sejumlah suku melepaskan diri dari kekuasaan madinah dan menolak
memberi penghormatan kepada khalifah yang baru, bahkan menolak pemerintahannya.
Sebagian dari mereka bahkan menolak islam. Ada golongan telah murtad, ada yang
mengaku dirinya sebagai nabi dan mendapat pengikut (pendukung) yang tidak
sedikit jumlahnya. Ada juga golongan yang tidak mau lagi membayar zakat karena
mengira zakat sebagai upeti kepada Nabi Muhammad SAW. Yang masih tetap patuh kepada agama islam
adalah penduduk Mekkah, Madinah dan Thaif. mereka tetap memenuhi kewajiban dan
mau mengorbankan apa yang mereka miliki untuk mengembalikan kejayaan islam.
B. Sistem Pemilihan Khalifah
Permasalahan politik yang pertama kali muncul sepeninggal
Rasulullah SAW adalah siapakah yang menjadi penggantinya sebagai kepala
pemerintahan dan bagaimana sistem pemerintahannya, karena Nabi Muhammad SAW
tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai
pemimpin politik umat islam setelah beliau wafat[2].
Tetapi setelah beliau telah mengajarkan suatu prinsip, yaitu musyawarah, sesuai
dengan ajaran islam itu sendiri. Prinsip tersebut telah dibuktikan dengan
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam setiap pergantian pimpinan dari empat
khalifah periode khulafa’ al-rasyidun, meski dengan versi yang beragam.
1.
Abu Bakar As-Siddiq
Abu Bakar mengaku jabatan khalifah berdasarkan pilihan yang
berlangsung sangat demokratis di muktamar tsaqifah bani sa’id, memenuhi tata
cara perundingan yang dikenal dunia moderen ini. Kaum anshar menekankan pada
persyaratan jasa (merit), mereka mengajukan calon Sa’ad bin Ubadah. Kaum
mujahirin menekankan pada persyaratan
kesetiaan mereka mengajukan calon Abu Ubaidah bin Jarrah. Sementara itu dari
ahlul bait menginginkan Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah atas kedudukannya
dalam islam, juga sebagai menantu karib Nabi. hampir saja perpecahan terjadi bahkan adu fisik, melalui perdebatan dengan beradu argumentasi, akhirnya Abu Bakar disetujui oleh jamaah kaum muslimin untuk menduduki jabatan khalifah. Rupanya,semangat keagamaan Abu bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam,sehingga masing-masing pihak menerima dan membaiatnya.
dalam islam, juga sebagai menantu karib Nabi. hampir saja perpecahan terjadi bahkan adu fisik, melalui perdebatan dengan beradu argumentasi, akhirnya Abu Bakar disetujui oleh jamaah kaum muslimin untuk menduduki jabatan khalifah. Rupanya,semangat keagamaan Abu bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam,sehingga masing-masing pihak menerima dan membaiatnya.
2.
Umar Bin Khatab
Umar bin Khatab menjadi pemimpin negara, setelah Abu Bakar, selama
sepuluh tahun.[3]
Beliau di angkat dan dipilih para pemuka masyarakat dan disetujui oleh jamaah
kaum muslimin. Pilihan itu sudah dimintakan pendapat dan persetujuan pada saat
mereka menengok Abu Bakar waktu sakit. Ketika Abu Bakar
sakit dan merasa ajalnya sudah dekat,ia bermusyawarah dengan para pemuka
sahabat,kemudian mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan maksud untuk
mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat
Islam.Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera
membaiat Umar.
3.
Ustman Bin Affan
Ustman bin Affan dipilih dan
diangkat dari enam orang calon yang ditunjuk oleh khalifah Umar saat menjelang
ajalnya karena pembunuhan. Umar dibunuh oleh seorang majusi, budak dari Persia
bernama Abu Lu’lu’ah.Untuk menentukan penggantinya,Umar tidak menempuh jalan
yang dilakukan Abu Bakar.Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada
merika untuk memilih salah seorang diantaranya menjadi khalifah.Enam orang
tersebut adalah Usman,Ali,Thalhah,Zubair,sa’ad bin Abi Waqqas,dan Abdurrahman
bin Auf.Setelah Umar wafat,tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Usman
sebagai khalifah, melalui persaingan yang agak ketat dengan Ali bin Abi Thalib.
4. Ali bin Abi
Thalib
Ali bin Abi Thalib tampil memegang pucuk
pimpinan Negara di tengah-tengah kericuhan dan huru-hara perpecahan akibat
terbunuhnya Usman oleh kaum pemberontak.Khalifah Ali dipilih dan diangkat oleh
jamaah kaum muslimin di madinah dalam suasana yang sangat kacau,dengan
pertimbangan jika Khalifah tidak segera dipilih dan diangkat,maka keadaan akan
semakin bertambah kacau,meskipun ada golongan yang tidak menyukai Ali,tetapi
tidak ada seorang yang ingin diangkat menjadi Khalifah karena Ali masih ada.
[1] Ajid thohir, perkembangan peradaban di kawasan dunia islam
(jakarta, Raja grafindo persada, 2004),
hal 25
[2] Badri yatim, sejarah peradaban islam, (jakarta: PT Raja grafindo
persada, 1995 cet 3) hal 35
[3] Husayn Ahmad Amin, seratus tokoh dalam ssejarah islam (bandung, Remaja
rosdakarya, 2006 cet 9) hal 14
Labels : wallpapers Mobile Games car body design Hot Deal